Yach .. kalo
ngomong-ngomong soal Honda, jadi inget sama pedagang sayur yang tiap pagi ke
pondok deh. Yang biasa dipanggil Lek Sri. Yang udah belasan tahun memasok sayur
mayur untuk bahan sayuran bagi santri. Wow....lama amat!!
Perempuan setengah
baya itu dalam menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda motor Honda
sekira 6 tahun lalu. Berkeliling dari RT ke RT, dari RW ke RW dan dari desa ke
desa. Menghampiri ibu-ibu rumah tangga yang membutuhkan bahan makanan
sehari-hari. Dengan sabar dan telaten.
Cerita punya cerita,
Lek Sri awalnya berdagang dengan sepeda motor selain Honda, tetapi baru dipakai satu tahun, beliau sudah
mengeluh. “Nek gak Honda itu sulit untuk digunakan, beda dengan Honda, penak,”
keluhnya. Dan semenjak itu pula beliau pindah memakai Honda.
Motor Honda itu
beliau beli dari tetangganya yang baru sebulan dipake. Yang kebetulan akan
dijual kembali karna terpaan krisis ekonomi pada tahun 2005 yang lalu. Kharisma
hitam dengan harga Rp. 11.500.000, murah bukan?
Nah mulai saat itu,
Lek Sri menggunakan Honda untuk berjualan. Menurutnya Honda itu cocok banget buat
kerja, nyaman menggunakannya, bensinnya irit dan masih banyak lagi keunggulan
Honda yang lainya. Dan yang lebih mencengangkan lagi, ternyata sepeda Honda
milik Lek Sri ini belum pernah di service lho ...Wah .. padahal udah lima tahun
lebih belinya, tapi belum pernah di servis sama kali, hm,,, keren ya!
Andaikan motornya gak nyaman, terus gimana?
Padahal tiap hari Lek Sri harus berangkat pukul 03.15 WIB untuk kulakan
dagangan di pasar Warujayeng.. Kebayang gak sih? Kalau kita fikir nih, bagi
kita waktu itu terlalu pagi . Masih enak digunakan untuk tidur ... Hehehe..
Tapi bagi Lek Sri itu
hal yang sudah biasa banget. Hasil dari ketelatenannya dan dukungan dari motor
Hondanya, Lek Sri dapat meraup untuk kurang lebih Rp. 200.000 per hari. Dengan untung segithu, beliau bisa memenuhi
kebutuhan keluarganya.
“Dengan doa dan
usaha serta adanya Honda, rezki kok ngalir. Semua patut disyukuri, semua dari
Gusti Allah sing Maha Kuasa,” tutup beliau dengan bahasa menasehati. **(ari)
1 komentar:
Hahahaha saling topang-menopang kita bisa menjadi ketipang
Posting Komentar